Hujan dan Pawangnya


Musim hujan telah tiba sejak bulan lalu, sejak itu para petani di daerah saya bergegas mulai menggarap sawahnya untuk ditanami padi, kebetulan waktu itu saya sedang berlibur pulang ke rumah dan ikut nimbrung bersama para petani. Mereka bersemangat saling membantu antara yang satu dengan lainnya Karena yaqin dari tanaman padi yang mereka tanam akan mendatangkan keuntungan bagi mereka. Waktu telah berlalu sekitar satu bulanan sejak saya pulang kampung. Tadi pagi saya mendapat pesan dari saudara saya di kampung bahwasannya tanaman-tanaman di sawah sedang dilanda kekeringan karena tidak ada hujan.
Mendengar kabar bahwa sawah-sawah di kampung kami sedang dilanda kekeringan, saya jadi bertanya-tanya, “kenapa bisa begitu?”, padahal di tempat saya berdomisili sekarang hujan mengguyur setiap hari, sawah-sawah nampak basah dan subur. Ketika saya tanya kepada saudara saya tersebut, ia bilang bahwa hal tersebut (tidak hujan) bisa terjadi karena ada salah satu warga yang mempunyai hajat sedang menyarang hujan (mencegah terjadinya hujan) dengan memanggil pawang hujan karena tidak ingin hajatnnya tersebut terganggu oleh hujan. Tetapi perbuatannya tersebut malah dianggap telah mengganggu masyarakat sekitar yang sedang membutuhkan air hujan untuk mengairi sawahnya.
Sungguh aneh, di satu pihak orang tidak ingin terganggu tetapi malah mengganggu pihak lain, lalau siapa yang pantas disalahkan? Jawaban tersebut pasti sudah terekam di benak para pembaca, ya kan? Sekarang saya cuma ingin berbagi dengan pembaca mengenai pawang hujan tersebut.
Pawang adalah seseorang yang mempunyai talenta supranatural yang difungsikan dalam setiap mobilitas kehidupan. Memindahkan hujan, Memindahkan makhluk halus, dan lain sebagainya. Jadi Pawang hujan bukan menghentikan hujan akan tetapi memindahkan hujan ketempat yang lain seperti: ke gunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujan itu mendatangkan mudharat. Nah setelah kita tau apa dan siapa itu pawing hujan, sekarang marilah kita lihat, bagaimana perbuatannya tersebut?
Konon, bangsa Arab Jahiliyah percaya Nau-lah yang dapat menurunkan hujan bukan Tuhan. Nau adalah bentuk ramalan benda-benda langit yang diyakini dapat menurunkan hujan. Didalam Islam menyakini sesuatu selain Allah dapat menurunkan hujan adalah pebuatan syirik. Hal ini telah disitir dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya: "Tidak ada Adwa, Thiarah, Hamma , Safar, Nau dan Gul dalam Islam". (HR. al-Bukhari-Muslim)
Mencegah terjadinya hujan tidak dibenarkan dalam syari’ah, karena menghalangi hujan adalah berusaha menentang takdir Allah dan merupakan usaha yang sia-sia, jika Allah menghendaki hujan di tempat itu maka hujan pasti akan datang. Sebagaimana firman Allah SWT:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. al-Baqoroh: 22)
Menyarang (mencegah terjadinya) hujan dengan memanggil pawang (dukun) yang berkolaborasi dengan jin melalui prektek-praktek kleniknya berusaha agar hujan datang maupun berhenti/pindah sesuai keinginannya. Senjata mereka adalah dupa, minyak wangi, bunga dan jampi-jampi agar jin datang untuk membantu mewujudkan keinginannya, hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin- jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. al-Jin: 6).
Dalam hadits Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Zaid bin Khalid Al Juhanny ra., ia berkata: “Kami shalat subuh bersama-sama Rasulullah Saw. di Hudaibiyah dalam keadaan basah karena malamnya hujan. Ketika selesai shalat beliau memandang para shahabatnya dan bertanya : “Tahukah kalian tentang apa yang difirmankan Tuhan kalian?” mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ’Pagi ini ada diantara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang mengatakan: Kami dihujani karena karunia dan rahmat Allah, maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang mengatakan: Kami dihujani karena pengaruh bintang ini dan itu, maka itulah orang kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.’” (HR. al-Bukhori-Muslim).
Adapun pengendalian hujan dengan cara berdo’a dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT untuk menghentikan hujan tidaklah dilarang. Mereka mengandalkan keikhlasan do’anya kepada Dzat yang maha Pencipta, karena hal ini dilakukan berdasarkan pemahamannya bahwa Allah sajalah yang dapat menurunkan dan menghentikan hujan sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Baqoroh: 22 di atas.
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Kami tidak melihat gumpalan awan antara kami dan di sela-sela gunung Sal'a dan tidak nampak pula awan diatas rumah kami. Tiba-tiba datang gumpalan awan seperti perisai, maka tatkala gumpalan awan tersebut menyebar menutupi sebagian langit maka turunlah hujan. Demi Allah pada hari Sabtu kami tidak melihat matahari, kemudian datang seorang pada hari Jumat berikutnya untuk menemui Nabi. Tatkala itu Nabi sedang berkhutbah, orang itu mengadu kepada Nabi: "Ya Rasulullah binasalah harta kami dan terputuslah jalan-jalan kami." Nabi bersabda: "Memohonlah kamu kepada Allah karena hanya Dialah yang dapat menolak hujan, kemudian Nabi mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a: "Ya Allah jadikanlah hujan ini pindah pada sekitar kami jangan jadikan hujan ini untuk kami. Ya Allah pindahkanlah hujan ini di atas gunung, bukit yang lembab, lembah gunung atau tempat tumbuhnya pohon (hutan )". (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Mendatangi para dukun dan tukang ramal jelas terlarang dalam Islam karena akan menyebabkan rusaknya akidah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Shofiyyah ra. binti Abi Ubaid (salah seorang istri baginda Nabi), dari Nabi Saw. bersabda : “Barang siapa mendatangi peramal dan bertanya tentang sesuatu dan membenarkannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)
Dalam Hadits lain Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang mendatangi dukun dan ia membenarkan apa yang diucapkannya maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan Allah SWT kepada Muhammad Saw.” (HR. Abu Dawud)
Dari keterangan-keterangan di atas sudah jelas bahwa menyarang hujan dengan menggunakan cara-cara klenik – memanggil dukun (pawang) hujan – adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan dalam hukum Islam. Wallahu A’lamu Bis Showabi… Karena itulah marilah kita jauhi hal-hal yang bisa menyeret kita kepada kekufuran, Na’udzubillahi Min Dzalik. Akhirnya kepada Allah-lah kita berserah diri. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan petunjuk. Amien…

Do'a Pembuka Awal Tahun (dibaca setelah Maghrib)

1. Do'a Pembuka Awal Tahun (1)
--> -->رَبَّنَا أَوْزِعْنَا أَنْ نَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيْنَا وَعَلَى وَالِدَيْنَا وَأَنْ نَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنَا بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبيِّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَااسْتَطَعْتُ, أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ, أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ أَبُوْءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْلِي فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تَفْتَحُ لَنَا بِهَا أَبْوَابَ الرِّضَى وَالتَّيْسِيْرِ وَتُغْلِقُ بِهَا عَنَّا أَبْوَابَ الشَّرِّ وَالتَّعْسِيْرِ وَتَكُوْنُ لَنَا بِهَا وَلِيًّا وَنَصِيْراً. فَأَنْتَ مَوْلاَنَا وَوَلِيُّنَا فَنِعْمَ اْلمَوْلىَ وَنِعْمَ النَّصِيْرُ. اَللَّهُمَّ يَامُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ يَسِّرْ لَنَا كُلَّ أَمْرٍ عَسِيْرٍ فَإِنَّ تَيْسِيْرَ كُلِّ عَسِيْرٍ عَلَيْكَ يَسِيْرٌ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ خَيْرَمَا سَأَلَكَ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادُكَ الصَّلِحُوْنَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَااسْتَعَاذَ بِكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادُكَ الصَّلِحُوْنَ. الَلَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا اْلكُفْرَ وَاْلفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. الفاتحة.

2. Do'a Pembuka Awal Tahun (2)
-->
-->اَللَّهُمَّ أَنْتَ اْلأَبَدِيُّ اْلقَدِيْمُ اْلأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ اْلعَظِيْمِ وَجُوْدِكَ اْلمُعَوَّلِ وَهَذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ نَسْأَلُكَ اْلعِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ وُجُنُوْدِهِ وَاْلعَوْنَ عَلَى هَذِهِ النَّفْسِ الأمَّارَةِ بِالسُّوْءِ وَاْلاِشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِي إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإكْرَامِ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
Yaa Allah, yang maha abadi, yang maha dahulu dan yang maha pertama…
Dengan segala anugerah-Mu yang agung dan kemuliaan-Mu yang diandalkan…
Sepanjang tahun hijriyah yang akan datang ini…
Aku mohon kepada-Mu perlindungan dari syetan, pemimpin-pemimpin dan bala tentaranya…
Aku mohon kepada-Mu pertolongan atas hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada kejahatan…
Aku mohon kepada-Mu agar aku hanya disibukkan dengan hal-hal yang semakin mendekatkan diriku kepada-Mu semata.

-->
وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ, آمين.
Semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan atas nabi Muhammad SAW dan atas semua sahabat dan keluarganya, Amien…

Do'a Penutup Akhir Tahun (dibaca sebelum maghrib)

-->1. Do'a Penutup Akhir Tahun (1)

-->
حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِي مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اْلفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلىَ صِرَاتِكَ اْلمُسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدِارِهِ اْلعَظِيْمِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا ظُلْمًا كَثِيْرًا فَاغْفِرْ ذُنُوْبَنَا فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا وَإِسْرَافَنَا فِيْ أُمُوْرِنَا, رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا فِيْمَا فَعَلَ السُّفَهَاءُ مِنَّا, رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أوْ أخْطَأْنَا. رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلىَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ. وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى اْلقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ, فَانْصُرْنَا عَلَى اْلقَوْمِ الْحَاسِدِيْنَ, فَانْصُرْنَا عَلَى اْلقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ. وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ, آمين.


2. Do'a Penutup Akhir Tahun (II)


-->وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِي هَذِهِ السَّنَةِ اْلمَاضِيَةِ مِمَّا نَهَيْتَنِي عَنْهُ فَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ, وَلَمْ تَرْضَهُ وَلَمْ تَنْسَهُ, وَحَلِمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلىَ التَّوْبَةِ مِنْهُ بَعْدَ جُرْآتِي عَلىَ مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ فاَغْفِرْلِي مَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَاهُ وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْأَلُكَ اللَّهُمَّ يَاكَرِيْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإكْرَامِ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّي وَلاَ تَقْطَعْ رَجَائِي مِنْكَ يَاكَرِيْمُ. 
-->
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada tuan kami, Muhammad, keluarga, dan sahabatnya.
Ya Allah…
Sepanjang tahun yang lewat ini, telah begitu banyak aku melakukan hal-hal yang Engkau larang, Tapi aku tudak mau bertaubat kepada-Mu, padahal Engkau tidak meridhoinya dan tidak pernah melupakannya. Walaupun begitu, ternyata Engkau masih bersabar dan memperturutkan aku.
Padahal, apabila Engkau berkehendak, sungguh Engkau sangat berkuasa untuk menurunkan adzab-Mu ini, Engkaupun masih memberi kesempatan kepadaku untuk bertaubat.
Sungguh, aku mohon ampun kepada-Mu ya Allah… ampunilah aku!
Yaa Allah…
Terimalah apa-apa yang telah aku lakukan sepanjang tahun ini,
berupa amal perbuatan yang Engkau ridhoi dan Engkau janjikan pahalanya untuknya.
Yaa Allah, yang maha mulia, pemilik segala keahgungan dan kemuliaan…
Terimalah amal perbuatanku yang tidak seberapa ini, dan janganlah sekali-kali Engkau putuskan harapanku kepada-Mu…
-->
وَصَلَّى اللهُ عَلى سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ. آمِيْن
Semoga sholawat dan salam tetap tercurahkan atas nabi Muhammad SAW dan atas semua keluarga dan para sahabatnya, Amien…

Masa-masa Ujian

Masa-masa Ujian Muraja’ah ‘Aammah (Mid Semester I) di sebuah pesantren telah berlalu sejak hari Ahad, 13 Desember 2009 yang lalu ditandai dengan Sujud Syukur besama di Masjid Jami’ Pesantren tersebut. Secara resmi, kegiatan belajar mengajar (KBM) telah dibuka pada keesokan harinya Senin, 14 Desember 2009 oleh Direktur Pesantren tersebut. Seharusnya, setelah pembukaan tersebut berlalu, santri (murid) sudah siap untuk menghadapi KBM dan menerima pelajaran sebagaimana mestinya seperti hari-hari sebelumnya.

Namun, realitasnya sungguh berbeda – sangat disayangkan – karena pada waktu itu, ketika saya masuk kelas hendak mengajar sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh bagian pengajaran dan telah berjalan normal sebagaimana mestinya, ternyata para santri tidak ada yang siap untuk itu, hal tersebut dapat diketahui dari kondisi kelas pada waktu itu. Terlihat tidak ada satupun santri yang membawa buku/kitab sesuai dengan jadwal. Ketika saya tanya mereka perihal tidak membawa buku tersebut, mereka menjawab “tidak/belum siap menerima pelajaran baru”. Mereka para santri beralasan ingin beristirahat dari kegiatan memeras otak, ingin nyantai dan tidak perlu belajar.

Kebahagiaan-Kesedihan

Bersama indahnya malam
Aku terduduk dalam sepi
Meresapi indahnya cinta kita
Dalam kesedihan ada kebahagiaan yang mendalam
Dalam kerinduan ada cinta…

05-01-2009

DUNIA

Kadang aku merasa dunia ini terlalu indah untuk ditinggalkan
Kadang aku juga merasa dunia ini terlalu pahit untuk dinikmati

Tapi aku sadar

Bahwa dunia tempat aku berpijak ini
Hanyalah tempat aku menanam beniih
Yang akan bisa aku nikmati nanti
Di hari akhir…
Marilah kita menanam benih kebaikan
Agar kita dapat menuai kebaikan
Di akhirat nanti

20-03-2009

1 TAHUN YANG LALU

-->
1 tahun lalu kita tidak saling kenal
1 tahun lalu kita tidak saling jumpa
1 tahun lalu kita tidak saling cinta
1 tahun lalu kita tidak saling rindu
1 tahun lalu kita tidak saling butuh
1 tahun lalu kita tidak saling sayang

Kini…

Hati terasa penuh sesak dengan kerinduan
Yang begitu membara

Karena cinta yang telah menyatukan hati kita
Dalam kasih saying allah
Semoga cinta ini mendapatkan ridlo
Menjadikan kita lebih mencintainya
Amien…

20-10-2009

CINTAKU UNTUK AISYAH

Aku cinta aisyah
Aku sayang aisyah
Aku kangen sama aisyah
Aku tak bias hidup tanpa aisyah
Cintaku pada aisyah lebih dari cintaku pada diriku

Tapi…

Aku khawatir terjebak dalam kekufuran
Karena aku takut cintaku kepada aisyah
Akan mengalahkan cintaku kepada allah
Bismillahirrahmanirrohiem…
Ya allah bimbinglah kami agar selalu mencintaimu
Lebih dari segalanya…
Tunjukilah kami kepada jalanmu
Lindungi kami dari segala hal yang bisa menjauhkan kami darimu
Karena kami ingin meraih cinta sejatimu

30-12-2008

Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam


BAB I
KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah saya dapat me-review sebuah disertasi, Tesis ataupun Sekripsi yang dibukukan sebagai latihan untuk menyusun sekripsi yang akan datang. Buku yang saya review ini membahas tentang perbandingan antara dua filosuf etika terkemuka. Buku ini adalah karya orang pribumi yaitu Prof. Dr. M. Amin Adullah yang merupakan gubahan dari disertasinya yang berjudul The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant, yang pernah diterbitkan pada 1992 di Turki. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit mizan pada tahun 2002 dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Drs. Hamzah, M.Ag., dengan judul Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam.
Menurut Haidar Bagir, karya ini merupakan sebuah “inovasi” berani yang dilakukan oleh penulisnya (M. Amin Abdullah), bukan saja dalam hal gugatannya terhadap al-Ghazali–salah seorang ulama terbesar disepanjang sejarah Islam–melainkan juga terhadap pendekatan dogmatis, tradisional, dan ta’bbudi dalam pemikiran Islam pada umumnya.
Semoga dengan penulisan review ini dapat memberi kontribusi bagi saya untuk bisa lebih memahami bagaimana cara menulis karya ilmiah dengan benar dan dapat lebih memahami isi kandungan yang terdapat dalam buku ini.


Panduan Lengkap Nikah ( dari "A" sampai "Z")

Menikah merupakan hal yang sangat dianjurkan di dalam agama Islam dan merupakan bagian dari Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebaliknya, membujang merupakan hal yang sangat tercela di dalam Islam, karena hal itu merupakan kebiasaan sebagian kalangan kaum Nashrani.

Pernikahan yang sukses dalam rangka membangun rumah-tangga yang bahagia merupakan idaman setiap orang. Namun hanya sedikit orang yang mengetahui jalan dan sarana yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan tersebut. Terkadang rumah yang mereka harapkan sebagai tempat yang sejuk, penghilang kepenatan kerja sehari penuh dan pelupa beban pikiran malah menjadi tempat yang sangat menyiksa ibarat Neraka. Isteri dan anak yang diharap sebagai sahabat, pelipur hati yang lara dan penghibur hati yang gundah, ternyata ketika memandang mereka bukan membuatnya bahagia, malah berubah menjadi musuh yang seram dan sangat menakutkan.

Quran Menurut Perempuan; Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan

A. KONTEKS DAN FOKUS
Studi ini bertujuan untuk menyusun sebuah “pembacaan” Al-Qur’an yang bermakna bagi kehidupan perempuan di era modern. Yang dimaksud Wadud dengan “pembacaan” disini adalah proses mengkaji kata-kata dan konteksnya dalam rangka menarik pemahaman atas teks Al-Qur’an. Setiap “pembacaan”, sebagiannya, merefleksikan maksud dari teks Al-Qur’an dan “prateks (prior text)” dari orang yang melakukan “pembacaan”.
Studi ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan Wadud terhadap penafsiran Al-Qur’an secara konvensional yang dianggap subyektif berdasarkan pengalaman laki-laki. Ia juga meragukan, mengapa Al-Qur’an. Pada beberapa kesempatan, menyebutkan laki-laki dan perempuan (mukminin dan mukminat) sedangkan pada kesempatan lain menggunakan bentuk yang lebih umum (wahai mukminin…). Menurut Wadud, setiap penggunaan bentuk jamak maskulin dalam Al-Qur’an dimaksudkakn untuk mencakup baik laki-laki maupun perempuan, dua-duanya, kecuali jika penggunaan itu mencakup indikasi khusus bahwa ia hanya berlaku untuk laki-laki.

PERPUTARAN KEHIDUPAN KELUARGA

Kebanyakan dari manusia setuju bahwasannya keluarga mempunyai peranan penting, keluarga kita memberikan cinta dan kepeduliannya setiap hari. Mereka mencincintai kita sejak ketika kita masih bayi. Mereka mendidik kita untuk saling mencintai dan menolong antar sesama. Ketika kita tumbuh dewasa, mereka mendidik kita bagaimana kita bertanggung jawab terhadap hak milik kita. Bahkan pada hari kematian kitapun mereka mengurus dan berdo'a untuk kita.

Jika kita renungkan, keluarga merupakan kelompok manusia sejak dari lahir hingga meninggal dunia. Kemudian kita harus memikirkan perubahan kelompok tersebut. Manusia selalu berubah sepanjang waktu. 
Setiap manusia diawali dengan bayi kemudian masa anak-anak, masa-masa sekolah perempuan atau laki-laki, remaja belasan tahun, awal pernikahan, orang tua, dan akhirnya menjadi lanjut usia. Unsur inti dari keluarga selalu berubah. Pertama, mereka hanyalah seorang suami dan istrinya. Kemudian mereka menjadi orang tua bagi anak-anak mereka. Setelah anak-anak menjadi dewasa, orang tua kembali hanya tinggal berdua suami dan istri. Jika kita berfikir tentang masalah keluarga ini, maka perubahan-perubahan itu disebut “siklus atau perputaran kehidupan keluarga”.

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MODERN

-->
Pendidikan merupakan "agent of change" bagi masyarakat, teruatama bagi generasi muda sebagai penerus bangsa. Dengan kurikulum terpadu yang tidak terpilah-pilah (Integrated Curriculum) dan berpegang teguh pada prinsip al muhafadhah ‘Alal Qodimis shaleh wal akhdu bil jadidil aslah dapat mencetak manusia yang beriman-bertaqwa (IMTAQ) dengan bekal ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mumpuni (IPTEK).

Resensi Buku: Menilik Ajaran Sesat

-->
Nama Pengarang : Widya Mukti
Judul : Menilik Ajaran Sesat, Menuju Pemahaman Spiritual
Nama Penerbit : Tajidu Press
Tempat Penerbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan I Tahun 2008
Jumlah Halaman : 196 Halaman

BUDAYA TAREKAT; ANTARA BID'AH DAN AJARAN RASULULLAH

Oleh : M. Mahmud Kamiluddin*

Adakalanya beberapa kalangan menganggap bahwa tarekat tasawuf merupakan ajaran baru dalam Islam yang mengandung banyak bid’ah dan khurofat, serta telah keluar dari syari’ah yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Bahkan ada yang menuding tasawuf sebagai ajaran yang bertanggungjawab atas kemunduran dunia Islam saat ini.

Sedangkan bid’ah adalah segala perkara yang dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah. Sebagaimana sabda Rasulullah “Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan masuk dalam Neraka” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).

Apakah tuduhan ini tidak terlalu berlebihan? Apakah semua yang melakukan tarekat dianggap telah melakukan bid'ah? Tentunya hal ini tidaklah benar. Memang Tidak dapat dipungkiri ada beberapa tarekat yang memang meninggalakan syari’ah, menggantinya dengan hal-hal yang bernuansa bid’ah dan khurofat, namun tidak semuanya seperti itu. Istilah tarekat yang sangat dekat sekali di dunia pesantren, banyak diikuti dan diamalkan oleh para Kyai dan Santri. Ada banyak tarekat yang tetap bertumpu pada syari’at dan tetap berpegang teguh pada contoh-contoh ibadah yang ma’tsur dari Rasulullah saw. Dalam sejarah, Rasulullah juga sosok yang Wara', Zuhud, dan juga gemar melakukan 'Uzlah, yang juga dilakukan oleh kaum sufi sebagai pelaku tarekat.

Tarekat berasal dari bahasa Arab Thariqat yang berarti 'jalan atau cara'. Dalam ajaran tasawuf, tarekat adalah 'jalan yang harus ditempuh oleh seorang salik menuju Tuhan yakni dengan mensucikan diri sehingga dapat mengenal, dan merasakan kedekatan yang sebenarnya dengan Allah SWT dalam hidupnya'. Penulis berpendapat bahwa tarekat adalah sebuah jalan yang dilakukan oleh seseorang guna mengenal dan mendekatkan diri pada Allah, dengan melakukan berbagai metode yang telah disyari’ahkan oleh agama sesuai dengan tuntunan Rasulullah, kemudian melakukan latihan-latihan guna mengasah jiwa agar terus terpatri dan tertuju hanya pada Allah semata 'riyadhoh', sehingga semua syari’ah yang dilakuan memiliki ruh dan tak sekedar menjadi sebuah ritual tanpa makna.

Tujuannya untuk memperoleh pengetahuan tentang Allah, merasakan kedekatan dengan-Nya serta memperoleh kebahagiaan sejati dengan mencintai Allah dengan ikhlas. Selain itu tarekat juga diharapkan menjadi jalan yang akan mampu mengantarkan manusia pada kesucian hati, jiwa serta pikirannya hingga mampu menyingkap tabir dan menangkap hikmah yang diberikan serta diturunkan Allah dalam hati manusia yang dikehendaki-Nya.

Kaum sufi beranggapan bahwa untuk mencapai kedekatan dengan Allah, harus melewati beberapa tingkatan, yaitu (1) Takhalli, sebuah usaha untuk membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela baik lahir maupun batin. (2) Tahalli, mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji lahir dan batin. (3) Tajalli, memperoleh ma'rifah tentang tuhan.

Metode dalam menjalani tarekat adalah dengan waspada dan berhati-hati. Diantara sikap hati-hati itu adalah wara', yaitu berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang bersifat syubhat (sesuatu yang diragukan halal haramnya).

Wara’ sendiri memiliki beberapa tingkatan, tingkat yang terendah wara'ul 'adl (wara' orang yang adil) yakni meninggalkan suatu perbuatan sesuai dengan ajaran fiqh. Tingkat di atasnya Wara'ush Shâlihîn (wara' orang-orang saleh), yakni menjauhkan diri dari semua perkara syubhat. Tingkatan selanjutnya, Wara'ul Muttaqqîn (wara' orang-orang yang takwa), yakni meninggalkan perbuatan yang sebenarnya dibolehkan 'mubah', karena kuatir kalau-kalau membahayakan, mengganggu keimanan. Selanjutnya tingkat yang tertinggi, Wara'ush Shiddiqqîn (wara' orang-orang yang jujur), yakni menghindari sesuatu walaupun tidak berbahaya tetapi dirasa mengandung syubhat.

Metode lain yang dilakukan kaum sufi dalam mensucikan diri, hingga mencapai kedekatan kepada Allah antara lain dengan Tajarrud 'melepaskan diri dari godaan dan ikatan dunia', 'Uzlah 'mengasingkan dan menyisihkan diri dari pergaulan dengan masyarakat ramai', Faqr 'tidak memiliki harta', Dawamus Sukut 'tidak mengatakan dan mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat diganti dengan memperbanyak dzikir dan istigfar', Qillatul Akli 'sedikit makan', Dawamus Sahr 'berjaga dan tidak tidur diwaktu malam dangan memperbanyak ibadah', Safar 'berkelana dengan tujuan mengharap ridho Allah'.

Tarekat yang memenuhi syarat dan bersumber dari petunjuk Rasulullah serta berpijak pada syari’ah yang benar disebut tarekat mu'tabarah dan tarekat ini dibenarkan. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat apalagi yang tidak mengamalkan tuntunan syariat atau mempunyai keyakinan yang menyimpang dari aqidah, inilah tarekat yang sesat atau bid'ah serta harus dijauhi dan tinggalkan. Jadi tidak semua tarekat atau tasawuf itu bid'ah. Wallahu A'lam bis Shawwab.