Tiga Kriteria Orang Khusyu'

Tiga Kriteria Orang Khusyu'

Dalam pelaksanan sholah jamaah dan qiyamul lail, yang terpenting dan harus kita renungkan dalam kita melaksanakan sholat adalah bagaimana agar kita bisa melaksanakan setiap ibadah itu dengan khusyu'. Ini yang paling penting.

Khusyu' adalah suatu sikap hati, bukan sekedar lisan, dan bukan sekedar perbuatan. Karenanya bagaimanapun hebatnya nasihat, peringatan, pendidikan, latihan dan sebagianya diberikan kepada seseorang, tentang bagaimana beribadah dan sholat, itu tidak akan ada artinya, kalau hati kita tidak khusyu'.

Karena itu kunci utama dari setiap ibadah adalah kekhusyu'an dalam hati, khusyu' harus dimulai dengan pengakuan, sebuah tashdiq yang muncul di dalam hati tentang apa yang akan kita lakukan itu; umpamanya sholat jama'ah, di dalam hati kita harus muncul sebuah pengakuan yang jujur bahwa kita butuh terhadap sholat jama'ah itu. Kita mengharapkan pahala Allah yang berlipat ganda dari sholat jama'ah itu, ini pertama yang harus ditumbuhkan ke dalam hati kita.

Kalau ini tidak ada kita akan melakukan sesuatu itu karena terpaksa, karena tidak menjadi hobi, kesenangan, kecintaan kita apalagi kebutuhan. Ya, di sinilah saya ingin mengajak diri kita untuk kembali melihat posisi hati kita, sejauh mana hati kita ini sudah merasakan adanya kebutuhan terhadap do'a, sholat dan pahala-pahala dari Allah swt. Kalau ini tidak ada kita belum memilikinya, sulit sekali kita akan melakukan ibadah itu dengan khusyu'.

Ya, mungkin pada saat sholat Dhuhur, Ashar lumayan baik, tapi Maghribnya, Isya'nya besok Subuhnya kembali lagi kepada tradisi-tradisi yang salah. Karena kita memang tidak mengakui di dalam hati kita bahwa kita butuh, bahwa beribadah dengan cara yang benar itu adalah mutlak kita perlukan, ini persoalannya. Mari kita tumbuhkan perasaan di dalam hati keyakinan bahwa kita butuh, kita sangat memerlukan dan pelaksanaan sholat jamaah itu harus dilakukan dengan cara-cara yang benar. Inilah inti dari khusyu' itu.

Di dalam Islam kita juga mengenal ihsan. Al-ihsan "anta'budallaha kaannaka tarahu, faillam takun tarahu fainnahu yaraaka". Ihsan adalah kita harus menyembah, ibadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah dan kalau toh itu tidak bisa, kita harus yakin bahwa kita dilihat oleh Allah.

Nah, ini inti kedua dari khusyu' itu, kalau kita dalam beribadah merasa tidak diawasi oleh Allah, terus kita akan beribadah sembarangan tidak khusyu' namanya, tapi kalau kita merasa diawasi dan kita merasa bahwa Allah yang kita sembah, yang kita ibadahi dalam sholat itu, benar-benar memperhatikan kepada kita, maka pasti di dalam hati kita ada perasaan untuk melakukan yang terbaik di hadapan Allah, kita tidak akan main-main dalam sholat, kita tidak akan menunjukkan sifat-sifat malas; umpamanya ketika harus membaca amin diam saja mulutnya, ketika dzikir diam saja, ketika menjawab adzan diam saja, itu karena apa?, karena muncul dari keyakinan bahwa dia tidak butuh itu atau karena dia merasa tidak diperhatikan oleh Allah, baru setelah ada peringatan dari kiyai, ada peringatan dari orang-orang "ajibuu" baru menjawab, "iqrauu bil ashwat" baru kemudian dia baca, ini jelas suatu sikap yang muncul akibat tidak adanya keyakinan atau tipisnya keyakinan bahwa dia diperhatikan oleh Allah swt.

Sedangkan yang ketiga, kalau kita sudah merasa butuh terhadap kasih sayang Allah lewat sholat yang kita lakukan, kita butuh pahala, kita butuh taufiq, hidayah, maunah Allah dan kemudian yang kedua kita merasa diperhatikan oleh Allah, maka akan muncul sebuah sikap yaitu terpusatnya perhatian, pikiran hanya semata-mata kepada Allah, ini yang kemudian kita kenal dengan istilah khusyu' itu, jadi sholatnya sangat khusyu', karena dia waktu sholat itu benar-benar pikirannya perhatiannya hanya terpusat kepada Allah. Ini yang merupakan puncak dari khusyu' itu tadi, tapi sekali lagi saya ingin ingatkan bahwa terpusatnya pikiran kita kepada Allah tidak mungkin terlaksana kalau kita tidak yakin, tidak sadar bahwa kita diperhatikan Allah, kalau kita tidak merasa butuh, tidak perlu terhadap kasih sayang dan taufiq, hidayah Allah. Maka tiga-tiganya adalah kandungan yang terkandung, yang ada di dalam khusyu' itu, berangkat dari sebuah kebutuhan kemudian muncul keyakinan bahwa diri diperhatikan oleh Allah dan yang terakhir konsentrasi kepada apa yang sedang kita lakukan, sehingga kita pada saat sholat senantiasa pikiran tercurah pada apa yang kita baca, kita ikrarkan di dalam sholat itu.

Anak-anakku dan saudara-saudaraku, salah satu sifat dari orang munafik itu "alladziina idza qaamuu ila as-sholati, qaamuu kusaala'" orang-orang yang apabila mereka sudah mau sholat, mereka itu malas, berlambat-lambat, ketika dipanggil tidak menjawab – tidak bersengat- , ini penyakit muncul karena tidak ada khusyu' tadi, dia tidak khyusu'. Dia datang ke masjid bukan niat untuk ibadah kepada Allah, tapi hanya sekedar untuk memenuhi disiplin, nddak dimarahi keamanan, nddak dimarahi ustadz. Kalau di masyarakat yang sering ma'le ealem ben oreng (biar dipuji orang, edt.), dipuji dan lain sebagainya, ini jelas akan muncul sifat malas itu, dan ini yang sering terjadi pada santri, iqomah dikumadangkan dia malah keluar masjid, tidak cepat-cepat mengisi shof, qaamuu kusaala. Dia berdiri tapi dengan cara yang malas, tidak ada semangat yang menggebu-gebu dalam dirinya untuk beribadah dengan cara yang baik dan benar kepada Allah swt.

Oleh karenanya, marilah kita berusaha untuk senantiasa khusyu' dalam melaksanakan ibadah apapun kepada Allah, demikian juga ketika kita melakukan ibadah yang ghairu mahdzoh umpamanya; belajar, mengajar, mengurusi organisasi dan sebagainya. Kalau khusyu' ini menjadi pondasi kita, sifat-sifat kita, insya Allah kita tidak akan merasa berat untuk melakukan apapun yang berupa ibadah kepada Allah, wainnaha lakabiratun illa 'alal khosyi'ien, sesungguhnya sholat itu akan terasa berat, terasa menjadi beban kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.

Marilah kita berusaha menjadi orang khusyu' dengan tiga kriteria, tiga syarat seperti yang diisyaratkan tadi, yaitu kita betul-betul butuh, kita berusaha untuk senantiasa merasakan diri kita sangat butuh terhadap ibadah itu, kita yakini bahwa kita melihat Allah atau kita dilihat oleh Allah dan yang terakhir kita konsentrasikan pikiran kepada apa yang sedang kita kerjakan dalam ibadah itu. Selamat istirahat anak-anakku, mari dari hari ke hari kita semakin khusyu' dalam hidup ini, sehingga kita terhindar dari penyakit-penyakit diri atau individu dan penyakit sosial yang berkembang di masyarakat kita.

TOKOH-TOKOH ALIRAN TEOLOGI ISLAM

A. Syi’ah

1. Kisan, seorang mantan pelayan Ali ibn Abi Thalib
2. Mukhtar ibn Abi Ubaid Ats-Tsaqafi
3. Abu Hasyim ibn Muhammad ibn Hanafiyah
4. Bayan ibn Sam’an at-Tamimi
5. Rizam ibn Rizam Zaid ibn ‘Ali ibn Husain ibn Ali ibn Abi Thalib
6. Abu Jarud Zayad ibn Abi Zayad
7. Sulaiman ibn Jarir
8. Al-Hasan ibn Shalih ibn Hay (169 H.)
9. Katsir an-Nawa al-Abtsar
10. Muhammad ibn al-Baqir ibn Zain al-Abidin (114 H.)
11. Ja’far Ash-Shadiq (914 H.)
12. Yahya ibn Abu Syumaith
13. ’Abdullah ibn Saba’
14. Abu Kamil
15. Al-Alba ibn Zarail Dusi
16. Al-Mughiriyah ibn Sa’id al-Ajali
17. Abu Manshur al-Ajali
18. Abu Khatthab Muhammad ibn Abi Zaibab al-Asadi al-Ajda
19. Ahmad ibn Kayal
20. Hisyam ibn al-Hakam dan Hiyam ibn Salim al-Juwaliqi
21. Muhammad ibn Numan Abi Ja’far al-Ahwal
22. Yunus ibn Abdurrahman Al-Qumi (150 H.)
23. Isma’il ibn Ja’far
24. Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani (wafat 1255 H.)

B. Khawarij

1. Abdullah ibn al-Kawa
2. Atab ibn al-Awar
3. Abdullah ibn Wahab al-Razi
4. Urwah ibn Jarir
5. Yazid ibn Abi Ashim al-Muharibi
6. Harqus ibn Zuhair al-Bahali
7. Abu Rayid Nafi Al-azraq (60 H.)
8. Nadjah ibn ‘Amir Al-Hanafi atau ‘Ashim
9. Abu Baihas al-Haisham ibn Jabir
10. Abd al-Karim ‘Araj
11. Tsa’labah ibn ‘Amir
12. ‘Abdullah ibn ‘badh
13. Zayad ibn Ashfar

C. Murji’ah

1. Yunus ibn ‘Aun an-Nmairi
2. ‘Ubaid al-Mukta’ib
3. Ghasan al-Kafi
4. Abu Tsauban al-Murji’i
5. Abu Muaz At-Tumini
6. Shalih ibn ‘Umar ash-Shalihi
7. Muhammad ibn Syu’aib
8. Abu Syamar
9. Ghailan

D. Qadariyah

1. Ma’bad al-Juhani
2. Gailan ad-Dimasyqi
3. Ibrahim bin Syar an-Nazham (wafat 211 H.)

E. Jabariyah

1. Jaham ibn Shafwan (124 H)
2. Al-Husain ibn Muhammad An-Najjar (230 H)
3. Dhirar ibn ‘Amr dan Hafshul al-Fard

F. Mu’tazilah

1. Abu Hudzifah Washil bn Atha Al-Gazzal al-Atsag (80-131 H.)
2. Amrun ibn Ubaid (80-144 H)
3. Abu Huzail Hamdan ibn Huzal Al-Allaf (135-226 H)
4. Ibrahim ibn Yasar ibn Hani an-Nadzam.
5. Ahmad ibn Khabith(232 H.)
6. Al-Fadhal al-Hadtsi (257 H.)
7. Muammar ibn ‘Ubbad as-Salma (220 H.)
8. ‘Isa ibn Shabih yang juga dijulluki Abu Musa atau mardar. (226 H.)
9. Tumama ibn Asyras an-Namiri (213 H.)
10. Hisyam bn ‘Amr al-Fuwaithi (226 H.)
11. ‘Amr ibn Bahr Abi Utsman al-Jahizh.
12. Abu Husain ibn Abi ‘Amr al-Khayyath (300 H.)
13. Abu Qosim ibn Muhammad al-Ka’bi
14. Abu ‘Ali Muhammad ibn Abd al-Wahab al-Jubba’ie (295 H.)
15. Abu Hasyim Abd as-Salam (321 H.)

G. Al-As’ariyah

1. Imam Abu Hasan 'Ali ibn Isma'il Al-Asy'ari (260-330 H)
2. Imam Abu baker al-Qaffal (wafat 365 H.)
3. Imam Abu Ishaq al-Asfaraini (wafat 411 H.)
4. Imam al-Hafidz al-Baihaqi (wafat 458 H.)
5. Imamul Haramain al-Juwaini (wafat 460 H.)
6. Imam al-Qosim al-Qusyairi (wafat 465 H.)
7. Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad ibn al-Tayyib ibn Muhammad ibn Ja’far ibn al-Qasim Abu Bakar al-Baqillani.(diperkirakan setelah paruh kedua abad keempat)
8. Imam Al-Ghazali (wafat 505 H.)
9. Imam Fakhruddin ar-Razi (wafat 606 H.)
10. Imam Izzuddin bin Abdussalam (wafat 660 H.)
11. Syekhul Islam Syekh Abdullah as-Syarqawi (wafat 1227 H.)
12. Syekh Ibrahim al-Bajuri (wafat 1272 H.)
13. Al-Allamah Syekh Muhammad Nawawi Bantan (wafat 1315 H.) dan lain-lain

H. Al-Maturidiyah

1. Abu Mansur al-Maturidi / Muhammad bin Muhammad bin Mahmud (wafat 333 H.)
2. Sayyid Murtadha az-Zabidi

I. As-Salafiyah

1. Ibn Taimiyah, nama lengkapnya Ahmad Taqiyyuddin Abu Abbas bin Syihabuddin Abdul Mahasin Abdul Halim bin Syekh Majduddin Abil Barakat Abdussalam bin Abi Muhammad Abdillah bin Abdil Qasim al-Khadar bin Muhammad bin al-Khadar bin Ali bin Abdillah (661-724 H.)
2. Ibnul Hadi
3. Ibnul Qayyim al-Jauzi
4. Muhammad bin Abdul Wahab (1702 M.-1787 M.)

Refleksi Historis: Masa-masa Kegemilangan Peradaban Islam

Dunia barat sekarang muncul sebagai bangsa yang mempunyai kekuasaan dalam segala aspek; keilmuan, budaya, ekonomi, politik, bahkan juga militer. Seolah-olah dunia Islam sudah tidak berarti lagi bagi perkembangan peradaban dunia.

Kalau kita jujur dengan sejarah, sebenarnya ketika Islam mencapai puncak peradabannya, tidak ada pihak yang dirugikan. Sebaliknya, justru Eropa malah berhutang budi kepada dunia Islam. Seandainya tidak ada peradaban Islam yang menjaga keutuhan warisan ilmu pengetahuan Eropa kuno, boleh jadi bangsa Eropa tidak mengenal sejarah nenek moyang mereka.

Naskah berharga para ilmuwan barat purba semacam Socrates, Aristoteles dan Plato, tidak dikenal oleh umat manusia, kecuali dalam bahasa Arab. Umat Islam pada saat itu menterjemahkan naskah-naskah ke dalam bahasa Arab.

Sebelum mengenal peradaban Islam, keadaan negeri-negeri barat sungguh memprihatinkan. Dalam buku Sejarah Umum karya Lavis dan Rambon dijelaskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh, dan liar. Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik daripada hewan.

Jauh berbeda dengan keadaan kota-kota besar Islam pada waktu yang sama. Seperti di kota Cordoba, ibukota Andalus di Spanyol. Semua penduduknya terpelajar. Karena orang-orang miskin pun menuntut ilmu secara cuma-cuma.
Selain ketinggian peradaban Islam, para ilmuwan Muslim juga punya peran besar dalam memajukan ilmu pengetahuan dunia. Sungguh sangat naïf sekali jika ada yang mengatakan bahwa dunia baratlah yang telah mendobrak peradaban dunia. Karena pada dasarnya Islamlah yang telah banyak memberikan kontribusi keilmuan terhadap dunia barat.

Dalam bidang kedokteran ada Abu Bakr Muhammad bin Zakariya ar-Razi (Razes; 864-930 M.) yang dikenal sebagai ‘Dokter Muslim terbesar’. Peradaban Islam juga punya pakar kedokteran lain seperti Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna; 371-428 H. / 981-1037 M.).

Ilmu kimia lahir dan dibesarkan di dunia Islam. Siapa tidak kenal Jabir Ibnu Hayyan yang meninggal tahun 803 M. Oleh ilmuwan barat modern yang jujur, sosok beliau disebut sebagai Bapak Kimia.

Dunia modern sekarang ini tidak akan mengenal hitungan matematika tanpa kehadiran seorang ahli matematika Muslim yang bernama Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi (770-840 M). Bahkan dunia tidak pernah mengenal pengkodean digital yang terdiri dari angka nol (0) dan satu (1), kalau bukan karena jasa peradaban Islam. Karena umat Islam adalah penemu angka nol, setelah sebelumnya bangsa Romawi menuliskan angka dengan balok-balok yang sangat tidak praktis.

Puncak zaman keemasan Islam muncul pada masa dinasti Abbasiyah (132-656 H / 750-1258 M) di zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-8333 M). Pada masa itu dibangun Bait Al-Hikmah dibawah pimpinan Hunain ibn Ishaq (809-873 M) di kota Baghdad yang merupakan pusat pengembangan filsafat dan sains. Selain Baghdad, Damaskus, Antioch, Ephesus (Syiria), kota Marwa (Persia Tengah), Jundisyapur (Persia) dan Harran (Mesopotamia) serta Iskandaria (Mesir) juga dijadikan sebagai pusat pengembangan sains dan filsafat.

Saat Baghdad dikalahkan oleh bangsa Mongol, tiba-tiba muncul imperium terbesar dan terlama sepanjang sejarah, Khilafah Turki Utsmani. Bahkan para khalifahnya berhasil membebaskan kota Byzantium yang dulunya menjadi pusat kepemimpinan bangsa-bangsa Eropa.

Sejak itu bangsa Eropa terutama di bagian Timur sudah mengenal Islam, sebagian lainnya malah sudah memeluk agama ini. Dan khilafah Turki Utsmani masih tetap berlangsung secara de facto dan de jure hingga ditumbangkan oleh para kader yahudi yang tetap secara formal memeluk Islam. Itu terjadi sudah di abad 20, tepatnya pada tahun 1924.

Perkembangan peradaban Islam pada saat itu didukung oleh beberapa faktor yang cukup potensial. Pertama, secara politis terlihat kekuasaan Islam sedang berada dalam puncak kekuatannya. Kedua, wilayah koloni baru yang demikian luasnya memberi dukungan sumber dana yang besar. Ketiga, para penguasa umumnya memiliki terhadap keilmuan, sehingga kegiatan-kegiatan kajian keilmua terkait dengan kepentingan pemerintahan. Keempat, tumbuhnya semacam kecendrungan baru dalam pemikiran rasional di kalangan ilmuwan muslim.

Namun menurut saya mengagung-agungkan kebesaran masa silam sudah bukan waktunya lagi. Mempelajarinya masa lalu sebagai pengalaman, pengetahuan, dan sejarah (histories) untuk membangun perdaban masa depan adalah suatu hal yang harus dilakukan. Sikap dan mental defensif dan sikap apologetis hanya memberikan “kepuasaan” sementara dan kebanggaan semu, tetapi tidak memberikan fungsi sebenarnya kepada akal. Karena itu, dalam rangka pengembangan kebudayaan Islam, akal harus difungsikan secara kreatif untuk menghasilkan karya-karya yang mengukuhkan eksistensi pilar-pilar masa depan Islam.

Untuk itu, kebesaran masa lalu memang harus dipelajari secara seksama, bukan untuk didengungkan dan membuat kita terlena, tetapi dengan pelajaran dan pengalaman masa lalu itu kita harus membuat era kejayaan yang baru untuk masa sekarang dan masa akan datang. Al-Qur’an memberi sinyalemen sebagai berikut:

أولم يسيروا في الأرض فينظروا كيف كان عاقبة الذين من قبلهم كانوا أشد منهم قوة

“Apakah meraka tidak memjelajahi bumi dan memperhatikan bagaimana akibat [yang dialami] orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat daripada mereka [sendiri]” [Q.S. Ar-Ruum: 9]

أفلم يسيروا في الأرض فينظروا كيف كان عاقبة الذين من قبلهم دمر الله عليهم وللكافرين أمثالها

“Apakah mereka tidak melawat di bumi, maka mereka tidak memperhatikan bagaimana akibat orang-orang yang sebelum mereka? Allah menimpakan kebinasaan atas mereka” [Q.S. Muhammad: 10].

Dari dua ayat Qur’an ini, jelas menunjukkan bahwa manusia harus memperhatikan dan mempelajari pengalaman orang-orang masa lalu. Hal itu, berarti umat Islam diperintahkan mempelajari sejarah, Mengapa? Sejarah adalah cermin masa lalu untuk dijadikan pedoman bagi masa kini dan mendatang. Oleh karena itu, sejarah bagi kaum muslimin tidak hanya bermanfaat bagi cermin dan pedoman, tetapi juga menjadi alat untuk memahami secara lebih tepat sumber-sumber Islam. Melalui dan dari sejarah, orang akan mengenal siapa dirinya serta memperoleh keteladanan.

Dari sini, hal-hal yang positif dapat terus dikembangkan, sehingga kita dapat membuat era kejayaan yang baru untuk masa sekarang dan masa akan datang untuk membangun peradaban manusia.

Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk menjadi sebaik-baik umat, bukan sebaliknya. Sudah barang tentu kita tidak ingin menjadi seburuk-buruk golongan umat, akan tetapi kita ingin menjadi “sebaik-baik golongan ummat”, karena Islam mengajarkan untuk menjadi ummat terbaik (khairu ummah). Yakni ummat yang telah memiliki kejayaan dan kemulyaan pada masa silam dan berusaha terus untuk meraih kemajuan, kemulyaan dan kejayaan baru. Maka, tentang kemulyaan di masa silam, ummat Islam telah mempunyainya. Sekarang, kemulyaan dan kejayaan untuk era budaya baru harus diciptakan kembali.

Dalam sejarahnya, keyajaan itu bukan hanya terjadi di Barat seperti kita saksiakan ini. Tetapi kejayaan selalu berpindah tangan dari satu bangsa kepada bangsa lain. Garis besar perjalanan sejarah kejayaan itu bermula dari Mesir, berpindah ke Babilonia, dari Babilonia ke Aegian, dari Aegian ke Yunani, dari Yunani ke Carthago, dari Carthago ke Roma, dari Roma ke ummat Islam, dan akhirnya dari ummat Islam berpindah ke Barat. Maka, kejayaan Barat dan kebudayaannya sekarang ini pun sudah diramalkan akan juga berakhir.

Bangsa-bangsa Arab di kawasan Timur Tengah dengan kekayaan minyaknya semakin memperlihatkan getaran-getaran kemajuan. Negara-negara Arab ini sempat membuat resah negara-negara industri Barat dengan politik “embargo minyak”-nya ketika terjadi perang Arab-Israil di tahun 1970-an.

Sekarang ini, pada dekade 2000-an negara Pakistan dan Iran, juga menggetarkan negara Eropa dan Barat dengan program teknologi nuklirnya.

Proses kebangkitan kebudayaan Islam makin terasa. Ini tidak lain karena Islam itu sendiri yang menjadi energi ruhaniah dan etos aqliyah. Energi, vitalitas dan etos inilah yang memberi semangat “renaissance” kebudayaan di kalangan umat Islam dewasa ini.

Dari pemikiran yang dikemukakan di atas, sebenarnya kebangkitan Islam dan kebudayaan tergantung kepada umat Islam sendiri, tergantung kepada aktivitas-aktivitas kebudayaan yang dilakukannya. Maka, tanpa kegiatan kultural, kebangkitan kebudayaan Islam akan hanya merupakan harapan dan pengandaian saja.

Sudah semestinya umat Islam terpanggil untuk memberdayakan energi, vitalitas dan etos kerjanya dalam rangka memperkaya karya-karya budaya dalam segala aspek hidup dan kehidupan umat dalam memberi makna bagi manusia dan kemanusiaan. Islam harus tampil untuk “menolong peradaban dunia” dan “menolong seluruh dunia kemanusiaan”, karena misi utama Islam – sebagaimana diungkapkan al-Qur’an : “memberi rahmat bagi seluruh umat manusia”. Maka. Misi ini sudah barang tentu akan memacu Islam dan umatnya untuk tampil sebagai alternatif kekuatan budaya dan sekaligus sebagai paradigma baru yang menandai munculnya sosok baru kebudayaan dunia.

Tips mempercepat kinerja windows 7

Windows 7 adalah sistem operasi jaman sekarang yang memang bagus untuk dicoba. Secara garis besar fitur tampilan windows 7 lebih baik di bandingkan windows vista dan windows xp, tetapi dalam segi kecepatan lebih bagus windows xp. Tetapi windows 7 ini juga bias dipercepat kinerjanya seperti halnya windows xp. Pengaturan konfigurasi yang tidak tepat pada windows 7 menyebabkan windows 7 akan berjalan lambat.

Bagaimana tips mempercepat kinerja windows 7 ? windows 7 hadir dengan berbagai macam fitur yang lebih baik secara visual maupun interaksi yang tentunya tidak anda dapatkan di windows vista maupun windows xp. Berikut adalah cara mempercepat kinerja windows 7 :

PENTINGNYA AQIQAH DAN SYARI'ATNYA

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan sebagai ungkapan rasa syukur kita kehadirat Allah . Atas segala karuniaNya. Karena hidayah serta inayah-Nya lah kami dapat menyajikan risalah singkat yang membahas tentang keutamaan aqiqah dan syari’atnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah ini kepada para pembaca sekalian.
Man Shalla Alayya Wahidatan Shallallahu Alaihi Asran. "Barang siapa bershalawat satu kali kepadaku maka niscaya Allah akan bershalawat atasnya sebanyak sepuluh kali" (Al-Hadits). Mari kita haturkan shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad . yang telah membimbing kita menuju sebuah pencerahan yaitu Islam, Rahmatan Lil Alamin.
Ungkapan rasa terimakasih juga kami sampaikan kepada bapak, emak, istriku Siti Aisyah dan keluarga besar kami di Jember dan Lumajang serta para sahabat-kerabat yang kami sayangi. Semoga senantiasa mendapat Rahmat, Hidayah serta Inayah Allah .
Kami hadiahkan risalah singkat ini kepada ikhwan muslimin bersamaan dengan Aqiqah ananda kami "MUHAMMAD KHOIRUL AMIN"
Semoga kelak menjadi anak yang Sholeh, Tafaqquh fiddin, Hafidz, Istiqamah dalam ilmu dan amal serta menjadi seorang Dai penegak sunnah yang mukhlis. Semoga risalah ini dapat menjadi jariah bagi kami dan bermanfaat bagi kita semua, amien.
Wallahul Musta’an…
Penyusun

MUQADDIMAH
Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua sisi kehidupan. Tidak ada suatu masalah pun, dalam kehidupan ini, yang tidak dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau masalah tersebut nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi sekalian alam.
Masalah kelahiran juga tidak luput dari pembahasan, mulai sejak pembentukan janin hingga menjadi seorang bayi telah banyak dibahas dalam Islam. Namun di sini penyusun hanya akan membahas tentang Aqiqah dan hal-hal yang terkait dengannya.
Menurut hemat penulis, masalah aqiqah ini sangat perlu sekali disampaikan agar kita dapat mengetahui bahwa aqiqah merupakan sunnah Nabi Muhammad yang semestinya kita amalkan, sebagai umat muslim pengikut Nabi kita harus senantiasa meneladani sunnah-sunnah beliau.
Di dalam risalah ini, penulis akan membagi dalam beberapa pembahasan yaitu pengertian aqiqah, dalil-dalil syar’i tentang aqiqah, waktu pelaksanaan aqiqah, membaca basmalah ketika menyembelih dan sunnah-sunnah lain dalam menyambut kelahiran.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
MUQADDIMAH
Pengertian Aqiqah
Dalil-dalil Syar'i Tentang Aqiqah
Waktu Pelaksanaan Aqiqah.
Hewan (kambing) untuk Aqiqah
Membaca Basmalah ketika Menyembelih
Sunnah-sunnah lain dalam menyambut kelahiran
PENUTUP

SELENGKAPNYA DOWNLOAD di sini

BELAJAR DARI AYAT-AYAT ALLAH YANG TERSIRAT Agar Lebih Tegar Dan Bijaksana Menyelesaikan Setiap Masalah


Penulis Mahmud Khalifah
Penerbit Pustaka Al-Fadhilah
Tanggal terbit Januari - 2010
Jumlah Halaman 364
Berat Buku -
Jenis Cover Soft Cover
Dimensi(L x P) -
Kategori Islam
Bonus -
Text Bahasa Indonesia ··

SINOPSIS BUKU :
BELAJAR DARI AYAT-AYAT ALLAH YANG TERSIRAT
Agar Lebih Tegar Dan Bijaksana Menyelesaikan Setiap Masalah

7 Fakta seputar Mitos Upaya untuk Hamil

Upaya untuk hamil pasangan Anda mendapat berbagai macam larangan, baik dari orangtua, saudara atau pun teman. Supaya Anda mendapatkan kepastian, berikut jabaran mitos yang disertai fakta tentang upaya kehamilan oleh spesialis dan dokter kandungan Dr Firuza Parekh.

1. Mitos: Makan makanan pedas menyebabkan ovulasi, jumlah sperma rendah, keguguran, dan kelahiran prematur.
Fakta: Makan makanan pedas hanya terkadang mengganggu sistem pencernaan dan kadang-kadang menyebabkan mulas.