Tiga Kriteria Orang Khusyu'
Dalam pelaksanan sholah jamaah dan qiyamul lail, yang terpenting dan harus kita renungkan dalam kita melaksanakan sholat adalah bagaimana agar kita bisa melaksanakan setiap ibadah itu dengan khusyu'. Ini yang paling penting.
Khusyu' adalah suatu sikap hati, bukan sekedar lisan, dan bukan sekedar perbuatan. Karenanya bagaimanapun hebatnya nasihat, peringatan, pendidikan, latihan dan sebagianya diberikan kepada seseorang, tentang bagaimana beribadah dan sholat, itu tidak akan ada artinya, kalau hati kita tidak khusyu'.
Karena itu kunci utama dari setiap ibadah adalah kekhusyu'an dalam hati, khusyu' harus dimulai dengan pengakuan, sebuah tashdiq yang muncul di dalam hati tentang apa yang akan kita lakukan itu; umpamanya sholat jama'ah, di dalam hati kita harus muncul sebuah pengakuan yang jujur bahwa kita butuh terhadap sholat jama'ah itu. Kita mengharapkan pahala Allah yang berlipat ganda dari sholat jama'ah itu, ini pertama yang harus ditumbuhkan ke dalam hati kita.
Kalau ini tidak ada kita akan melakukan sesuatu itu karena terpaksa, karena tidak menjadi hobi, kesenangan, kecintaan kita apalagi kebutuhan. Ya, di sinilah saya ingin mengajak diri kita untuk kembali melihat posisi hati kita, sejauh mana hati kita ini sudah merasakan adanya kebutuhan terhadap do'a, sholat dan pahala-pahala dari Allah swt. Kalau ini tidak ada kita belum memilikinya, sulit sekali kita akan melakukan ibadah itu dengan khusyu'.
Ya, mungkin pada saat sholat Dhuhur, Ashar lumayan baik, tapi Maghribnya, Isya'nya besok Subuhnya kembali lagi kepada tradisi-tradisi yang salah. Karena kita memang tidak mengakui di dalam hati kita bahwa kita butuh, bahwa beribadah dengan cara yang benar itu adalah mutlak kita perlukan, ini persoalannya. Mari kita tumbuhkan perasaan di dalam hati keyakinan bahwa kita butuh, kita sangat memerlukan dan pelaksanaan sholat jamaah itu harus dilakukan dengan cara-cara yang benar. Inilah inti dari khusyu' itu.
Di dalam Islam kita juga mengenal ihsan. Al-ihsan "anta'budallaha kaannaka tarahu, faillam takun tarahu fainnahu yaraaka". Ihsan adalah kita harus menyembah, ibadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah dan kalau toh itu tidak bisa, kita harus yakin bahwa kita dilihat oleh Allah.
Nah, ini inti kedua dari khusyu' itu, kalau kita dalam beribadah merasa tidak diawasi oleh Allah, terus kita akan beribadah sembarangan tidak khusyu' namanya, tapi kalau kita merasa diawasi dan kita merasa bahwa Allah yang kita sembah, yang kita ibadahi dalam sholat itu, benar-benar memperhatikan kepada kita, maka pasti di dalam hati kita ada perasaan untuk melakukan yang terbaik di hadapan Allah, kita tidak akan main-main dalam sholat, kita tidak akan menunjukkan sifat-sifat malas; umpamanya ketika harus membaca amin diam saja mulutnya, ketika dzikir diam saja, ketika menjawab adzan diam saja, itu karena apa?, karena muncul dari keyakinan bahwa dia tidak butuh itu atau karena dia merasa tidak diperhatikan oleh Allah, baru setelah ada peringatan dari kiyai, ada peringatan dari orang-orang "ajibuu" baru menjawab, "iqrauu bil ashwat" baru kemudian dia baca, ini jelas suatu sikap yang muncul akibat tidak adanya keyakinan atau tipisnya keyakinan bahwa dia diperhatikan oleh Allah swt.
Sedangkan yang ketiga, kalau kita sudah merasa butuh terhadap kasih sayang Allah lewat sholat yang kita lakukan, kita butuh pahala, kita butuh taufiq, hidayah, maunah Allah dan kemudian yang kedua kita merasa diperhatikan oleh Allah, maka akan muncul sebuah sikap yaitu terpusatnya perhatian, pikiran hanya semata-mata kepada Allah, ini yang kemudian kita kenal dengan istilah khusyu' itu, jadi sholatnya sangat khusyu', karena dia waktu sholat itu benar-benar pikirannya perhatiannya hanya terpusat kepada Allah. Ini yang merupakan puncak dari khusyu' itu tadi, tapi sekali lagi saya ingin ingatkan bahwa terpusatnya pikiran kita kepada Allah tidak mungkin terlaksana kalau kita tidak yakin, tidak sadar bahwa kita diperhatikan Allah, kalau kita tidak merasa butuh, tidak perlu terhadap kasih sayang dan taufiq, hidayah Allah. Maka tiga-tiganya adalah kandungan yang terkandung, yang ada di dalam khusyu' itu, berangkat dari sebuah kebutuhan kemudian muncul keyakinan bahwa diri diperhatikan oleh Allah dan yang terakhir konsentrasi kepada apa yang sedang kita lakukan, sehingga kita pada saat sholat senantiasa pikiran tercurah pada apa yang kita baca, kita ikrarkan di dalam sholat itu.
Anak-anakku dan saudara-saudaraku, salah satu sifat dari orang munafik itu "alladziina idza qaamuu ila as-sholati, qaamuu kusaala'" orang-orang yang apabila mereka sudah mau sholat, mereka itu malas, berlambat-lambat, ketika dipanggil tidak menjawab – tidak bersengat- , ini penyakit muncul karena tidak ada khusyu' tadi, dia tidak khyusu'. Dia datang ke masjid bukan niat untuk ibadah kepada Allah, tapi hanya sekedar untuk memenuhi disiplin, nddak dimarahi keamanan, nddak dimarahi ustadz. Kalau di masyarakat yang sering ma'le ealem ben oreng (biar dipuji orang, edt.), dipuji dan lain sebagainya, ini jelas akan muncul sifat malas itu, dan ini yang sering terjadi pada santri, iqomah dikumadangkan dia malah keluar masjid, tidak cepat-cepat mengisi shof, qaamuu kusaala. Dia berdiri tapi dengan cara yang malas, tidak ada semangat yang menggebu-gebu dalam dirinya untuk beribadah dengan cara yang baik dan benar kepada Allah swt.
Oleh karenanya, marilah kita berusaha untuk senantiasa khusyu' dalam melaksanakan ibadah apapun kepada Allah, demikian juga ketika kita melakukan ibadah yang ghairu mahdzoh umpamanya; belajar, mengajar, mengurusi organisasi dan sebagainya. Kalau khusyu' ini menjadi pondasi kita, sifat-sifat kita, insya Allah kita tidak akan merasa berat untuk melakukan apapun yang berupa ibadah kepada Allah, wainnaha lakabiratun illa 'alal khosyi'ien, sesungguhnya sholat itu akan terasa berat, terasa menjadi beban kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
Marilah kita berusaha menjadi orang khusyu' dengan tiga kriteria, tiga syarat seperti yang diisyaratkan tadi, yaitu kita betul-betul butuh, kita berusaha untuk senantiasa merasakan diri kita sangat butuh terhadap ibadah itu, kita yakini bahwa kita melihat Allah atau kita dilihat oleh Allah dan yang terakhir kita konsentrasikan pikiran kepada apa yang sedang kita kerjakan dalam ibadah itu. Selamat istirahat anak-anakku, mari dari hari ke hari kita semakin khusyu' dalam hidup ini, sehingga kita terhindar dari penyakit-penyakit diri atau individu dan penyakit sosial yang berkembang di masyarakat kita.
Dalam pelaksanan sholah jamaah dan qiyamul lail, yang terpenting dan harus kita renungkan dalam kita melaksanakan sholat adalah bagaimana agar kita bisa melaksanakan setiap ibadah itu dengan khusyu'. Ini yang paling penting.
Khusyu' adalah suatu sikap hati, bukan sekedar lisan, dan bukan sekedar perbuatan. Karenanya bagaimanapun hebatnya nasihat, peringatan, pendidikan, latihan dan sebagianya diberikan kepada seseorang, tentang bagaimana beribadah dan sholat, itu tidak akan ada artinya, kalau hati kita tidak khusyu'.
Karena itu kunci utama dari setiap ibadah adalah kekhusyu'an dalam hati, khusyu' harus dimulai dengan pengakuan, sebuah tashdiq yang muncul di dalam hati tentang apa yang akan kita lakukan itu; umpamanya sholat jama'ah, di dalam hati kita harus muncul sebuah pengakuan yang jujur bahwa kita butuh terhadap sholat jama'ah itu. Kita mengharapkan pahala Allah yang berlipat ganda dari sholat jama'ah itu, ini pertama yang harus ditumbuhkan ke dalam hati kita.
Kalau ini tidak ada kita akan melakukan sesuatu itu karena terpaksa, karena tidak menjadi hobi, kesenangan, kecintaan kita apalagi kebutuhan. Ya, di sinilah saya ingin mengajak diri kita untuk kembali melihat posisi hati kita, sejauh mana hati kita ini sudah merasakan adanya kebutuhan terhadap do'a, sholat dan pahala-pahala dari Allah swt. Kalau ini tidak ada kita belum memilikinya, sulit sekali kita akan melakukan ibadah itu dengan khusyu'.
Ya, mungkin pada saat sholat Dhuhur, Ashar lumayan baik, tapi Maghribnya, Isya'nya besok Subuhnya kembali lagi kepada tradisi-tradisi yang salah. Karena kita memang tidak mengakui di dalam hati kita bahwa kita butuh, bahwa beribadah dengan cara yang benar itu adalah mutlak kita perlukan, ini persoalannya. Mari kita tumbuhkan perasaan di dalam hati keyakinan bahwa kita butuh, kita sangat memerlukan dan pelaksanaan sholat jamaah itu harus dilakukan dengan cara-cara yang benar. Inilah inti dari khusyu' itu.
Di dalam Islam kita juga mengenal ihsan. Al-ihsan "anta'budallaha kaannaka tarahu, faillam takun tarahu fainnahu yaraaka". Ihsan adalah kita harus menyembah, ibadah kepada Allah seolah-olah kita melihat Allah dan kalau toh itu tidak bisa, kita harus yakin bahwa kita dilihat oleh Allah.
Nah, ini inti kedua dari khusyu' itu, kalau kita dalam beribadah merasa tidak diawasi oleh Allah, terus kita akan beribadah sembarangan tidak khusyu' namanya, tapi kalau kita merasa diawasi dan kita merasa bahwa Allah yang kita sembah, yang kita ibadahi dalam sholat itu, benar-benar memperhatikan kepada kita, maka pasti di dalam hati kita ada perasaan untuk melakukan yang terbaik di hadapan Allah, kita tidak akan main-main dalam sholat, kita tidak akan menunjukkan sifat-sifat malas; umpamanya ketika harus membaca amin diam saja mulutnya, ketika dzikir diam saja, ketika menjawab adzan diam saja, itu karena apa?, karena muncul dari keyakinan bahwa dia tidak butuh itu atau karena dia merasa tidak diperhatikan oleh Allah, baru setelah ada peringatan dari kiyai, ada peringatan dari orang-orang "ajibuu" baru menjawab, "iqrauu bil ashwat" baru kemudian dia baca, ini jelas suatu sikap yang muncul akibat tidak adanya keyakinan atau tipisnya keyakinan bahwa dia diperhatikan oleh Allah swt.
Sedangkan yang ketiga, kalau kita sudah merasa butuh terhadap kasih sayang Allah lewat sholat yang kita lakukan, kita butuh pahala, kita butuh taufiq, hidayah, maunah Allah dan kemudian yang kedua kita merasa diperhatikan oleh Allah, maka akan muncul sebuah sikap yaitu terpusatnya perhatian, pikiran hanya semata-mata kepada Allah, ini yang kemudian kita kenal dengan istilah khusyu' itu, jadi sholatnya sangat khusyu', karena dia waktu sholat itu benar-benar pikirannya perhatiannya hanya terpusat kepada Allah. Ini yang merupakan puncak dari khusyu' itu tadi, tapi sekali lagi saya ingin ingatkan bahwa terpusatnya pikiran kita kepada Allah tidak mungkin terlaksana kalau kita tidak yakin, tidak sadar bahwa kita diperhatikan Allah, kalau kita tidak merasa butuh, tidak perlu terhadap kasih sayang dan taufiq, hidayah Allah. Maka tiga-tiganya adalah kandungan yang terkandung, yang ada di dalam khusyu' itu, berangkat dari sebuah kebutuhan kemudian muncul keyakinan bahwa diri diperhatikan oleh Allah dan yang terakhir konsentrasi kepada apa yang sedang kita lakukan, sehingga kita pada saat sholat senantiasa pikiran tercurah pada apa yang kita baca, kita ikrarkan di dalam sholat itu.
Anak-anakku dan saudara-saudaraku, salah satu sifat dari orang munafik itu "alladziina idza qaamuu ila as-sholati, qaamuu kusaala'" orang-orang yang apabila mereka sudah mau sholat, mereka itu malas, berlambat-lambat, ketika dipanggil tidak menjawab – tidak bersengat- , ini penyakit muncul karena tidak ada khusyu' tadi, dia tidak khyusu'. Dia datang ke masjid bukan niat untuk ibadah kepada Allah, tapi hanya sekedar untuk memenuhi disiplin, nddak dimarahi keamanan, nddak dimarahi ustadz. Kalau di masyarakat yang sering ma'le ealem ben oreng (biar dipuji orang, edt.), dipuji dan lain sebagainya, ini jelas akan muncul sifat malas itu, dan ini yang sering terjadi pada santri, iqomah dikumadangkan dia malah keluar masjid, tidak cepat-cepat mengisi shof, qaamuu kusaala. Dia berdiri tapi dengan cara yang malas, tidak ada semangat yang menggebu-gebu dalam dirinya untuk beribadah dengan cara yang baik dan benar kepada Allah swt.
Oleh karenanya, marilah kita berusaha untuk senantiasa khusyu' dalam melaksanakan ibadah apapun kepada Allah, demikian juga ketika kita melakukan ibadah yang ghairu mahdzoh umpamanya; belajar, mengajar, mengurusi organisasi dan sebagainya. Kalau khusyu' ini menjadi pondasi kita, sifat-sifat kita, insya Allah kita tidak akan merasa berat untuk melakukan apapun yang berupa ibadah kepada Allah, wainnaha lakabiratun illa 'alal khosyi'ien, sesungguhnya sholat itu akan terasa berat, terasa menjadi beban kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.
Marilah kita berusaha menjadi orang khusyu' dengan tiga kriteria, tiga syarat seperti yang diisyaratkan tadi, yaitu kita betul-betul butuh, kita berusaha untuk senantiasa merasakan diri kita sangat butuh terhadap ibadah itu, kita yakini bahwa kita melihat Allah atau kita dilihat oleh Allah dan yang terakhir kita konsentrasikan pikiran kepada apa yang sedang kita kerjakan dalam ibadah itu. Selamat istirahat anak-anakku, mari dari hari ke hari kita semakin khusyu' dalam hidup ini, sehingga kita terhindar dari penyakit-penyakit diri atau individu dan penyakit sosial yang berkembang di masyarakat kita.