Hujan dan Pawangnya


Musim hujan telah tiba sejak bulan lalu, sejak itu para petani di daerah saya bergegas mulai menggarap sawahnya untuk ditanami padi, kebetulan waktu itu saya sedang berlibur pulang ke rumah dan ikut nimbrung bersama para petani. Mereka bersemangat saling membantu antara yang satu dengan lainnya Karena yaqin dari tanaman padi yang mereka tanam akan mendatangkan keuntungan bagi mereka. Waktu telah berlalu sekitar satu bulanan sejak saya pulang kampung. Tadi pagi saya mendapat pesan dari saudara saya di kampung bahwasannya tanaman-tanaman di sawah sedang dilanda kekeringan karena tidak ada hujan.
Mendengar kabar bahwa sawah-sawah di kampung kami sedang dilanda kekeringan, saya jadi bertanya-tanya, “kenapa bisa begitu?”, padahal di tempat saya berdomisili sekarang hujan mengguyur setiap hari, sawah-sawah nampak basah dan subur. Ketika saya tanya kepada saudara saya tersebut, ia bilang bahwa hal tersebut (tidak hujan) bisa terjadi karena ada salah satu warga yang mempunyai hajat sedang menyarang hujan (mencegah terjadinya hujan) dengan memanggil pawang hujan karena tidak ingin hajatnnya tersebut terganggu oleh hujan. Tetapi perbuatannya tersebut malah dianggap telah mengganggu masyarakat sekitar yang sedang membutuhkan air hujan untuk mengairi sawahnya.
Sungguh aneh, di satu pihak orang tidak ingin terganggu tetapi malah mengganggu pihak lain, lalau siapa yang pantas disalahkan? Jawaban tersebut pasti sudah terekam di benak para pembaca, ya kan? Sekarang saya cuma ingin berbagi dengan pembaca mengenai pawang hujan tersebut.
Pawang adalah seseorang yang mempunyai talenta supranatural yang difungsikan dalam setiap mobilitas kehidupan. Memindahkan hujan, Memindahkan makhluk halus, dan lain sebagainya. Jadi Pawang hujan bukan menghentikan hujan akan tetapi memindahkan hujan ketempat yang lain seperti: ke gunung, lembah, laut atau hutan karena ada sesuatu hajat atau hujan itu mendatangkan mudharat. Nah setelah kita tau apa dan siapa itu pawing hujan, sekarang marilah kita lihat, bagaimana perbuatannya tersebut?
Konon, bangsa Arab Jahiliyah percaya Nau-lah yang dapat menurunkan hujan bukan Tuhan. Nau adalah bentuk ramalan benda-benda langit yang diyakini dapat menurunkan hujan. Didalam Islam menyakini sesuatu selain Allah dapat menurunkan hujan adalah pebuatan syirik. Hal ini telah disitir dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya: "Tidak ada Adwa, Thiarah, Hamma , Safar, Nau dan Gul dalam Islam". (HR. al-Bukhari-Muslim)
Mencegah terjadinya hujan tidak dibenarkan dalam syari’ah, karena menghalangi hujan adalah berusaha menentang takdir Allah dan merupakan usaha yang sia-sia, jika Allah menghendaki hujan di tempat itu maka hujan pasti akan datang. Sebagaimana firman Allah SWT:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. al-Baqoroh: 22)
Menyarang (mencegah terjadinya) hujan dengan memanggil pawang (dukun) yang berkolaborasi dengan jin melalui prektek-praktek kleniknya berusaha agar hujan datang maupun berhenti/pindah sesuai keinginannya. Senjata mereka adalah dupa, minyak wangi, bunga dan jampi-jampi agar jin datang untuk membantu mewujudkan keinginannya, hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقاً
“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin- jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” (QS. al-Jin: 6).
Dalam hadits Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Zaid bin Khalid Al Juhanny ra., ia berkata: “Kami shalat subuh bersama-sama Rasulullah Saw. di Hudaibiyah dalam keadaan basah karena malamnya hujan. Ketika selesai shalat beliau memandang para shahabatnya dan bertanya : “Tahukah kalian tentang apa yang difirmankan Tuhan kalian?” mereka menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: ’Pagi ini ada diantara hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang mengatakan: Kami dihujani karena karunia dan rahmat Allah, maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun yang mengatakan: Kami dihujani karena pengaruh bintang ini dan itu, maka itulah orang kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.’” (HR. al-Bukhori-Muslim).
Adapun pengendalian hujan dengan cara berdo’a dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT untuk menghentikan hujan tidaklah dilarang. Mereka mengandalkan keikhlasan do’anya kepada Dzat yang maha Pencipta, karena hal ini dilakukan berdasarkan pemahamannya bahwa Allah sajalah yang dapat menurunkan dan menghentikan hujan sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Baqoroh: 22 di atas.
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Kami tidak melihat gumpalan awan antara kami dan di sela-sela gunung Sal'a dan tidak nampak pula awan diatas rumah kami. Tiba-tiba datang gumpalan awan seperti perisai, maka tatkala gumpalan awan tersebut menyebar menutupi sebagian langit maka turunlah hujan. Demi Allah pada hari Sabtu kami tidak melihat matahari, kemudian datang seorang pada hari Jumat berikutnya untuk menemui Nabi. Tatkala itu Nabi sedang berkhutbah, orang itu mengadu kepada Nabi: "Ya Rasulullah binasalah harta kami dan terputuslah jalan-jalan kami." Nabi bersabda: "Memohonlah kamu kepada Allah karena hanya Dialah yang dapat menolak hujan, kemudian Nabi mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a: "Ya Allah jadikanlah hujan ini pindah pada sekitar kami jangan jadikan hujan ini untuk kami. Ya Allah pindahkanlah hujan ini di atas gunung, bukit yang lembab, lembah gunung atau tempat tumbuhnya pohon (hutan )". (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Mendatangi para dukun dan tukang ramal jelas terlarang dalam Islam karena akan menyebabkan rusaknya akidah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits dari Shofiyyah ra. binti Abi Ubaid (salah seorang istri baginda Nabi), dari Nabi Saw. bersabda : “Barang siapa mendatangi peramal dan bertanya tentang sesuatu dan membenarkannya tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)
Dalam Hadits lain Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa yang mendatangi dukun dan ia membenarkan apa yang diucapkannya maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan Allah SWT kepada Muhammad Saw.” (HR. Abu Dawud)
Dari keterangan-keterangan di atas sudah jelas bahwa menyarang hujan dengan menggunakan cara-cara klenik – memanggil dukun (pawang) hujan – adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan dalam hukum Islam. Wallahu A’lamu Bis Showabi… Karena itulah marilah kita jauhi hal-hal yang bisa menyeret kita kepada kekufuran, Na’udzubillahi Min Dzalik. Akhirnya kepada Allah-lah kita berserah diri. Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan petunjuk. Amien…

9 Komentar:

ChordMagz.com mengatakan...

syukuri yang ada..hidup adalah anugrah...sukses

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...

salam sobat
trims pencerahannya.
iya kalau mendatangkan pawang hujan atau percaya dukun,,berarti sudah tidak percaya adanya ALLAH SWT...ya..

Mahmud mengatakan...

@Boedak Betuah,
Alhamdulillah... semoga kita termasuk golongan hamba-Nya yang selalu bersyukur... thanks ya sobat!
@Nura,
Ya sobat, namun di desa/kampungku hal itu sering kali terjadi bahkan sudah menjadi tradisi, bagaimana dunk cara kita mengantisipasinya?

ummi ida mengatakan...

Salam ziarah.padaNya jualah perlu disandarkan segala permohonan dn pertolongan.Segala yg berlaku adalah atas kehendakNya jua.

Yusnita Febri mengatakan...

pwang hujan ya.. entah kenapa masih aja percaya hal-hal seperti itu

Elsa mengatakan...

biasanya pawang hujan sangat dicari oleh event-event organizer. saya sih sampe sekarang belom bisa percaya saja...mana bisa menusia mengendalikan hujan. hehehe

Mahmud mengatakan...

Bagus deh klau emagn lom percaya ma gituan... yang penting skrang gmn kita berdoa aja Yang Maha Segalanya...

Om Rame mengatakan...

terima kasih atas pencerahannya, bermanfaat bagi kita semua sebagai saLah satu media pengingat agar tidak percaya dengan dukun dan seLaLu bersyukur kepada Allah SWT.
ijin untuk menjadi foLLower di bLog ini, saLam persahabatan.

Mahmud mengatakan...

sama2 bang... semoga barokah dan bermanfaat. amien... Oy thanks aku jga masuk jadi follower blog kamu

Posting Komentar

Tuliskan komentar anda di sini!
semoga bermanfaat! Terimakasih.
Wassalam...