Hujan dan Pawangnya
Do'a Pembuka Awal Tahun (dibaca setelah Maghrib)
-->
Do'a Penutup Akhir Tahun (dibaca sebelum maghrib)
Masa-masa Ujian
Namun, realitasnya sungguh berbeda – sangat disayangkan – karena pada waktu itu, ketika saya masuk kelas hendak mengajar sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh bagian pengajaran dan telah berjalan normal sebagaimana mestinya, ternyata para santri tidak ada yang siap untuk itu, hal tersebut dapat diketahui dari kondisi kelas pada waktu itu. Terlihat tidak ada satupun santri yang membawa buku/kitab sesuai dengan jadwal. Ketika saya tanya mereka perihal tidak membawa buku tersebut, mereka menjawab “tidak/belum siap menerima pelajaran baru”. Mereka para santri beralasan ingin beristirahat dari kegiatan memeras otak, ingin nyantai dan tidak perlu belajar.
Kebahagiaan-Kesedihan
Aku terduduk dalam sepi
Meresapi indahnya cinta kita
Dalam kesedihan ada kebahagiaan yang mendalam
Dalam kerinduan ada cinta…
05-01-2009
DUNIA
Kadang aku juga merasa dunia ini terlalu pahit untuk dinikmati
Tapi aku sadar
Bahwa dunia tempat aku berpijak ini
Hanyalah tempat aku menanam beniih
Yang akan bisa aku nikmati nanti
Di hari akhir…
Marilah kita menanam benih kebaikan
Agar kita dapat menuai kebaikan
Di akhirat nanti
20-03-2009
1 TAHUN YANG LALU
CINTAKU UNTUK AISYAH
Aku sayang aisyah
Aku kangen sama aisyah
Aku tak bias hidup tanpa aisyah
Cintaku pada aisyah lebih dari cintaku pada diriku
Tapi…
Aku khawatir terjebak dalam kekufuran
Karena aku takut cintaku kepada aisyah
Akan mengalahkan cintaku kepada allah
Bismillahirrahmanirrohiem…
Ya allah bimbinglah kami agar selalu mencintaimu
Lebih dari segalanya…
Tunjukilah kami kepada jalanmu
Lindungi kami dari segala hal yang bisa menjauhkan kami darimu
Karena kami ingin meraih cinta sejatimu
30-12-2008
Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam
Al-hamdulillah saya dapat me-review sebuah disertasi, Tesis ataupun Sekripsi yang dibukukan sebagai latihan untuk menyusun sekripsi yang akan datang. Buku yang saya review ini membahas tentang perbandingan antara dua filosuf etika terkemuka. Buku ini adalah karya orang pribumi yaitu Prof. Dr. M. Amin Adullah yang merupakan gubahan dari disertasinya yang berjudul The Idea of University of Ethical Norms in Ghazali and Kant, yang pernah diterbitkan pada 1992 di Turki. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit mizan pada tahun 2002 dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Drs. Hamzah, M.Ag., dengan judul Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam.
Menurut Haidar Bagir, karya ini merupakan sebuah “inovasi” berani yang dilakukan oleh penulisnya (M. Amin Abdullah), bukan saja dalam hal gugatannya terhadap al-Ghazali–salah seorang ulama terbesar disepanjang sejarah Islam–melainkan juga terhadap pendekatan dogmatis, tradisional, dan ta’bbudi dalam pemikiran Islam pada umumnya.
Semoga dengan penulisan review ini dapat memberi kontribusi bagi saya untuk bisa lebih memahami bagaimana cara menulis karya ilmiah dengan benar dan dapat lebih memahami isi kandungan yang terdapat dalam buku ini.
Panduan Lengkap Nikah ( dari "A" sampai "Z")
Pernikahan yang sukses dalam rangka membangun rumah-tangga yang bahagia merupakan idaman setiap orang. Namun hanya sedikit orang yang mengetahui jalan dan sarana yang dapat mengantarkannya kepada kebahagiaan tersebut. Terkadang rumah yang mereka harapkan sebagai tempat yang sejuk, penghilang kepenatan kerja sehari penuh dan pelupa beban pikiran malah menjadi tempat yang sangat menyiksa ibarat Neraka. Isteri dan anak yang diharap sebagai sahabat, pelipur hati yang lara dan penghibur hati yang gundah, ternyata ketika memandang mereka bukan membuatnya bahagia, malah berubah menjadi musuh yang seram dan sangat menakutkan.
Quran Menurut Perempuan; Membaca Kembali Kitab Suci dengan Semangat Keadilan
Studi ini bertujuan untuk menyusun sebuah “pembacaan” Al-Qur’an yang bermakna bagi kehidupan perempuan di era modern. Yang dimaksud Wadud dengan “pembacaan” disini adalah proses mengkaji kata-kata dan konteksnya dalam rangka menarik pemahaman atas teks Al-Qur’an. Setiap “pembacaan”, sebagiannya, merefleksikan maksud dari teks Al-Qur’an dan “prateks (prior text)” dari orang yang melakukan “pembacaan”.
Studi ini dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan Wadud terhadap penafsiran Al-Qur’an secara konvensional yang dianggap subyektif berdasarkan pengalaman laki-laki. Ia juga meragukan, mengapa Al-Qur’an. Pada beberapa kesempatan, menyebutkan laki-laki dan perempuan (mukminin dan mukminat) sedangkan pada kesempatan lain menggunakan bentuk yang lebih umum (wahai mukminin…). Menurut Wadud, setiap penggunaan bentuk jamak maskulin dalam Al-Qur’an dimaksudkakn untuk mencakup baik laki-laki maupun perempuan, dua-duanya, kecuali jika penggunaan itu mencakup indikasi khusus bahwa ia hanya berlaku untuk laki-laki.
PERPUTARAN KEHIDUPAN KELUARGA
Jika kita renungkan, keluarga merupakan kelompok manusia sejak dari lahir hingga meninggal dunia. Kemudian kita harus memikirkan perubahan kelompok tersebut. Manusia selalu berubah sepanjang waktu.
Setiap manusia diawali dengan bayi kemudian masa anak-anak, masa-masa sekolah perempuan atau laki-laki, remaja belasan tahun, awal pernikahan, orang tua, dan akhirnya menjadi lanjut usia. Unsur inti dari keluarga selalu berubah. Pertama, mereka hanyalah seorang suami dan istrinya. Kemudian mereka menjadi orang tua bagi anak-anak mereka. Setelah anak-anak menjadi dewasa, orang tua kembali hanya tinggal berdua suami dan istri. Jika kita berfikir tentang masalah keluarga ini, maka perubahan-perubahan itu disebut “siklus atau perputaran kehidupan keluarga”.
KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MODERN
Resensi Buku: Menilik Ajaran Sesat
BUDAYA TAREKAT; ANTARA BID'AH DAN AJARAN RASULULLAH
Adakalanya beberapa kalangan menganggap bahwa tarekat tasawuf merupakan ajaran baru dalam Islam yang mengandung banyak bid’ah dan khurofat, serta telah keluar dari syari’ah yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Bahkan ada yang menuding tasawuf sebagai ajaran yang bertanggungjawab atas kemunduran dunia Islam saat ini.
Sedangkan bid’ah adalah segala perkara yang dibuat-buat dalam agama yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam syari’ah. Sebagaimana sabda Rasulullah “Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan masuk dalam Neraka” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Apakah tuduhan ini tidak terlalu berlebihan? Apakah semua yang melakukan tarekat dianggap telah melakukan bid'ah? Tentunya hal ini tidaklah benar. Memang Tidak dapat dipungkiri ada beberapa tarekat yang memang meninggalakan syari’ah, menggantinya dengan hal-hal yang bernuansa bid’ah dan khurofat, namun tidak semuanya seperti itu. Istilah tarekat yang sangat dekat sekali di dunia pesantren, banyak diikuti dan diamalkan oleh para Kyai dan Santri.
Tarekat berasal dari bahasa Arab Thariqat yang berarti 'jalan atau cara'. Dalam ajaran tasawuf, tarekat adalah 'jalan yang harus ditempuh oleh seorang salik menuju Tuhan yakni dengan mensucikan diri sehingga dapat mengenal, dan merasakan kedekatan yang sebenarnya dengan Allah SWT dalam hidupnya'. Penulis berpendapat bahwa tarekat adalah sebuah jalan yang dilakukan oleh seseorang guna mengenal dan mendekatkan diri pada Allah, dengan melakukan berbagai metode yang telah disyari’ahkan oleh agama sesuai dengan tuntunan Rasulullah, kemudian melakukan latihan-latihan guna mengasah jiwa agar terus terpatri dan tertuju hanya pada Allah semata 'riyadhoh', sehingga semua syari’ah yang dilakuan memiliki ruh dan tak sekedar menjadi sebuah ritual tanpa makna.
Tujuannya untuk memperoleh pengetahuan tentang Allah, merasakan kedekatan dengan-Nya serta memperoleh kebahagiaan sejati dengan mencintai Allah dengan ikhlas. Selain itu tarekat juga diharapkan menjadi jalan yang akan mampu mengantarkan manusia pada kesucian hati, jiwa serta pikirannya hingga mampu menyingkap tabir dan menangkap hikmah yang diberikan serta diturunkan Allah dalam hati manusia yang dikehendaki-Nya.
Kaum sufi beranggapan bahwa untuk mencapai kedekatan dengan Allah, harus melewati beberapa tingkatan, yaitu (1) Takhalli, sebuah usaha untuk membersihkan diri dari sifat-sifat yang tercela baik lahir maupun batin. (2) Tahalli, mengisi diri dengan sifat-sifat yang terpuji lahir dan batin. (3) Tajalli, memperoleh ma'rifah tentang tuhan.
Metode dalam menjalani tarekat adalah dengan waspada dan berhati-hati. Diantara sikap hati-hati itu adalah wara', yaitu berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang bersifat syubhat (sesuatu yang diragukan halal haramnya).
Wara’ sendiri memiliki beberapa tingkatan, tingkat yang terendah wara'ul 'adl (wara' orang yang adil) yakni meninggalkan suatu perbuatan sesuai dengan ajaran fiqh. Tingkat di atasnya Wara'ush Shâlihîn (wara' orang-orang saleh), yakni menjauhkan diri dari semua perkara syubhat. Tingkatan selanjutnya, Wara'ul Muttaqqîn (wara' orang-orang yang takwa), yakni meninggalkan perbuatan yang sebenarnya dibolehkan 'mubah', karena kuatir kalau-kalau membahayakan, mengganggu keimanan. Selanjutnya tingkat yang tertinggi, Wara'ush Shiddiqqîn (wara' orang-orang yang jujur), yakni menghindari sesuatu walaupun tidak berbahaya tetapi dirasa mengandung syubhat.
Metode lain yang dilakukan kaum sufi dalam mensucikan diri, hingga mencapai kedekatan kepada Allah antara lain dengan Tajarrud 'melepaskan diri dari godaan dan ikatan dunia', 'Uzlah 'mengasingkan dan menyisihkan diri dari pergaulan dengan masyarakat ramai', Faqr 'tidak memiliki harta', Dawamus Sukut 'tidak mengatakan dan mengeluarkan kata-kata yang tidak bermanfaat diganti dengan memperbanyak dzikir dan istigfar', Qillatul Akli 'sedikit makan', Dawamus Sahr 'berjaga dan tidak tidur diwaktu malam dangan memperbanyak ibadah', Safar 'berkelana dengan tujuan mengharap ridho Allah'.
Tarekat yang memenuhi syarat dan bersumber dari petunjuk Rasulullah serta berpijak pada syari’ah yang benar disebut tarekat mu'tabarah dan tarekat ini dibenarkan. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat apalagi yang tidak mengamalkan tuntunan syariat atau mempunyai keyakinan yang menyimpang dari aqidah, inilah tarekat yang sesat atau bid'ah serta harus dijauhi dan tinggalkan. Jadi tidak semua tarekat atau tasawuf itu bid'ah. Wallahu A'lam bis Shawwab.